8 Tips agar Furniture lebih 'Hijau'
Berbagai isu tentang global warming saat ini sudah menjadi perhatian banyak pihak dan dari seluruh aspek kehidupan. Bagi kita yang berkecimpung di dalam dunia furniture baik itu kayu, besi, rotan atau material lain ternyata cukup banyak yang bisa dilakukan untuk mendukung kampanye tersebut.
Mungkin bagi anda yang memiliki pertimbangan bisnis, hal-hal yang akan terungkap di bawah ini tidak sesuai bahkan bertentangan. Namun, akan selalu ada cara yang hemat untuk menjadi lebih 'hijau' di sekitar anda. Sekecil apapun yang kita lakukan bisa membuat perubahan dan dampak yang besar bagi kesehatan dan tentunya global warming.
Dalam lingkup furniture, apa saja yang bisa dilakukan untuk membuat furniture menjadi lebih 'hijau'?
Berikut ini tips dari tentangKAYU.
1. Kayu dari hutan/kebun yang dikontrol kelangsungannya.
Sebagai bahan baku utama pembuatan furniture, kayu yang berasal dari pohon di hutan memiliki andil yang besar untuk mengurangi panas bumi karena gas CO2. Oleh karena itu sebaiknya membeli furniture/kayu yang berasal dari hutan yang dikelola dengan baik. Artinya terlihat adanya penanaman kembali (reboisasi) hutan yang telah ditebang. Tentu saja kita sangat jauh untuk mencapai kontrol tersebut.
Terdapat beberapa instansi dan/atau organisasi yang bekerja untuk membuat sistem kontrol tersebut, misalnya Forest Stewardship Control (FSC), Rainforest Alliance, TFT dan lainnya.
2. Furniture dari kayu 'bekas'
Saat ini banyak sekali orang mencari bangunan tua yang terbuat dari kayu jati untuk diolah kembali menjadi furniture. Ada beberapa alasan ekonomis yang mengikuti langkah tersebut, namun demikian ada juga manfaatnya bahwa berarti mereka membantu mengurangi volume pemotongan pohon jati. Langkah ini bisa juga dilakukan untuk kayu jenis lain. Pada dasarnya, jika terdapat kayu di luar sana yang tergeletak tidak terpakai, mengapa kita harus menebang lagi untuk dibuat furniture?
3. Natural Fiber
Bambu tidak masuk kategori pohon, tetapi 'rumput'. Secara kekuatan pada konstruksi tertentu bambu memang tidak bisa dibandingkan langsung dengan kayu, namun dari segi estetika furniture bambu merupakan produk yang eksotis dan menarik.
Atau bahan lain seperti rotan, eceng gondok dan kulit pisang.
4. Awet dan mudah diperbaiki
Cari atau buatlah furniture yang kuat sehingga awet dan mudah diperbaiki ketika ada kerusakan. Lebih awet furniture yang anda miliki dan anda produksi membantu mengurangi konsumsi kayu. Dan produk yang kuat juga bisa diwariskan kepada kerabat atau rekan yang lain tanpa harus membeli yang baru.
5. Rendah Bahan Beracun
Dalam industri furniture dikenal beberapa bahan beracun yang digunakan pada setiap prosesnya. Bagian paling besar adalah bahan finishing. Terdapat satu bahan kimia yang bernama Formalin (Formaldehyde) pada bahan finishing dan ini sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama anak-anak karena bisa menimbulkan kanker dan gangguan pernafasan.
Jenis bahan finishing yang termasuk 'lebih aman' adalah Politur, NC, Waterbased lacquer dan natural oil.
Yang termasuk berbahaya dan mengandung lebih banyak Formalin misalnya: Melamine, PU (PolyUrethane), UV lacquer, lamination paper (Formika).
Bagian lain dari furniture misalnya lem kayu, multipleks dan MDF juga mengandung Formaldehyde namun kandungannya lebih kecil.
6. Furniture Bekas
Dengan membeli furniture bekas berarti kebutuhan akan pohon tebangan juga berkurang atau paling tidak bisa dimanfaatkan untuk hal yang lainnya.
7. Furniture Lokal
Jarak ribuan kilometer bagi furniture import untuk mencapai lokasi kita cukup membuat konsumsi biaya transportasi dan konsumsi bahan bakar (yang memproduksi CO2) menjadi besar. Berbeda apabila kita membeli produk lokal dengan jarak transportasi yang dekat.
8. Ukuran bagian furniture, kecil tapi kuat.
Mendesain furniture dengan tipe minimalis dan menghemat bahan baku juga cukup membantu menjadikan produk anda lebih hijau. Tidak menghambur-hamburkan bahan kayu menjadi bagian-bagian solid yang besar dan berat. Kalaupun jika desain menuntut untuk memiliki pilar yang besar, carilah cara dari sisi kontruksi untuk membuatnya lebih sederhana dengan memanfaatkan bahan lebih sedikit.
Mungkin bagi anda yang memiliki pertimbangan bisnis, hal-hal yang akan terungkap di bawah ini tidak sesuai bahkan bertentangan. Namun, akan selalu ada cara yang hemat untuk menjadi lebih 'hijau' di sekitar anda. Sekecil apapun yang kita lakukan bisa membuat perubahan dan dampak yang besar bagi kesehatan dan tentunya global warming.
Dalam lingkup furniture, apa saja yang bisa dilakukan untuk membuat furniture menjadi lebih 'hijau'?
Berikut ini tips dari tentangKAYU.
1. Kayu dari hutan/kebun yang dikontrol kelangsungannya.
Sebagai bahan baku utama pembuatan furniture, kayu yang berasal dari pohon di hutan memiliki andil yang besar untuk mengurangi panas bumi karena gas CO2. Oleh karena itu sebaiknya membeli furniture/kayu yang berasal dari hutan yang dikelola dengan baik. Artinya terlihat adanya penanaman kembali (reboisasi) hutan yang telah ditebang. Tentu saja kita sangat jauh untuk mencapai kontrol tersebut.
Terdapat beberapa instansi dan/atau organisasi yang bekerja untuk membuat sistem kontrol tersebut, misalnya Forest Stewardship Control (FSC), Rainforest Alliance, TFT dan lainnya.
2. Furniture dari kayu 'bekas'
Saat ini banyak sekali orang mencari bangunan tua yang terbuat dari kayu jati untuk diolah kembali menjadi furniture. Ada beberapa alasan ekonomis yang mengikuti langkah tersebut, namun demikian ada juga manfaatnya bahwa berarti mereka membantu mengurangi volume pemotongan pohon jati. Langkah ini bisa juga dilakukan untuk kayu jenis lain. Pada dasarnya, jika terdapat kayu di luar sana yang tergeletak tidak terpakai, mengapa kita harus menebang lagi untuk dibuat furniture?
3. Natural Fiber
Bambu tidak masuk kategori pohon, tetapi 'rumput'. Secara kekuatan pada konstruksi tertentu bambu memang tidak bisa dibandingkan langsung dengan kayu, namun dari segi estetika furniture bambu merupakan produk yang eksotis dan menarik.
Atau bahan lain seperti rotan, eceng gondok dan kulit pisang.
4. Awet dan mudah diperbaiki
Cari atau buatlah furniture yang kuat sehingga awet dan mudah diperbaiki ketika ada kerusakan. Lebih awet furniture yang anda miliki dan anda produksi membantu mengurangi konsumsi kayu. Dan produk yang kuat juga bisa diwariskan kepada kerabat atau rekan yang lain tanpa harus membeli yang baru.
5. Rendah Bahan Beracun
Dalam industri furniture dikenal beberapa bahan beracun yang digunakan pada setiap prosesnya. Bagian paling besar adalah bahan finishing. Terdapat satu bahan kimia yang bernama Formalin (Formaldehyde) pada bahan finishing dan ini sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama anak-anak karena bisa menimbulkan kanker dan gangguan pernafasan.
Jenis bahan finishing yang termasuk 'lebih aman' adalah Politur, NC, Waterbased lacquer dan natural oil.
Yang termasuk berbahaya dan mengandung lebih banyak Formalin misalnya: Melamine, PU (PolyUrethane), UV lacquer, lamination paper (Formika).
Bagian lain dari furniture misalnya lem kayu, multipleks dan MDF juga mengandung Formaldehyde namun kandungannya lebih kecil.
6. Furniture Bekas
Dengan membeli furniture bekas berarti kebutuhan akan pohon tebangan juga berkurang atau paling tidak bisa dimanfaatkan untuk hal yang lainnya.
7. Furniture Lokal
Jarak ribuan kilometer bagi furniture import untuk mencapai lokasi kita cukup membuat konsumsi biaya transportasi dan konsumsi bahan bakar (yang memproduksi CO2) menjadi besar. Berbeda apabila kita membeli produk lokal dengan jarak transportasi yang dekat.
8. Ukuran bagian furniture, kecil tapi kuat.
Mendesain furniture dengan tipe minimalis dan menghemat bahan baku juga cukup membantu menjadikan produk anda lebih hijau. Tidak menghambur-hamburkan bahan kayu menjadi bagian-bagian solid yang besar dan berat. Kalaupun jika desain menuntut untuk memiliki pilar yang besar, carilah cara dari sisi kontruksi untuk membuatnya lebih sederhana dengan memanfaatkan bahan lebih sedikit.